Pengaruh Ilmu Arsitektur Zaman Dahulu Terhadap Pembangunan Arsitektur Bali Masa Kini

Arsitektur Bali Kuno di desa Batuan, Gianyar.
Sumber : https://www.kintamani.id

Selamat datang di Suryakanta Arsitektur! Selamat membaca dan belajar. Pada tulisan kali ini, kita akan kembali membahas mengenai sejarah arsitektur Bali. 

Topik kali ini adalah membahas mengenai pengaruh-pengaruh ilmu pengetahuan arsitektur zaman dahulu terhadap perkembangan arsitektur Bali masa kini. Keberadaan "budaya bangunan" yang kita warisi dalam tradisi umat Hindu dan berkembang pesat di pulau Bali tidak bisa dipisahkan dengan arsitek-arsitek besar di masa lalu. Contohnya adalah Kebo Iwa (pada masa Bali Aga) dan Mpu Kuturan sebagai pedamping Anak Wungsu yang memerintah Bali pada abad ke-11 merupakan tokoh-tokoh yang banyak mewarisi teori-teori mengenai arsitektur, adat, dan agama. 

Setelah para Arya dari Majapahit berkuasa di Bali pada jaman pemerintahan Dalem Waturenggong sekitar abad ke-14, Danghyang Nirartha juga berperan sebagai arsitek besar yang mewarnai adat, agama, dan tipologi pembangunan di Bali.Hubungan dan keterikatan yang terjadi tantara arsitektur Kebo Iwa, Mpu Kuturan, dan Danghyang Nirartha menjadi pedoman bagi para undagi (arsitek tradisional Bali) dalam mempelajari proses pembuatan suatu bangunan, meliputi pengucapan mantra, persiapan pekerjaan, dan proses pelaksanaan. 

Tulisan-tulisan ilmiah berupa lontar-lontar Asta Bumi dan Asta Kosala-Kosali digunakan sebagai pedoman pelaksanaan, dalam pembangunan bercorak Hindu di Bali. 

Saat ini, ajaran-ajaran dalam lontar Asta Bumi dan Asta Kosala-Kosali sudah lebih mudah ditemukan di masyarakat. Ajaran-ajaran tersebut telah diterjemahkan dan dicetak menjadi sebuah buku, sehingga siapapun dapat mempelajarinya, baik seorang undagi yang terjun langsung dalam ilmu bangunan, maupun orang awam yang tertarik mempelajari ilmu-ilmu tata bangunan.
Penggunaan ukuran tubuh dalam pembuatan bangunan Bali menurut Asta Kosala-Kosali.
Sumber : sastrabali.com

Perletakan bangunan pada rumah tradisional Bali.
Sumber : https://www.kintamani.id


Agama, adat, dan kepercayaan melatar belakangi ilmu-ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan melandasi suatu agama. Sehingga jelas bahwa agama dan ilmu pengetahuan merupakan perimbangan dalam sistem-sistem religi dan pengetahuan yang harmonis. Dalam kepercayaan Hindu, sistem religi berpedoman pada tatwa/filsafat kehidupan. Filsafat kehidupan tersebut dituangkan ke dalam Panca Sraddha dan Tri Rna.

Panca Sraddha adalah lima dasar kepercayaan umat Hindu dalam menjalani kehidupan di dunia. Lima dasar keyakinan itu  adalah :

  1. Brahman, yaitu keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Atman, yaitu keyakinan terhadap Atman, bahwa seluruh makhluk di dunia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dan bagian dari Tuhan.
  3. Karma Phala, yaitu percaya terhadap hukum karma, atau hasil dari perbuatan.
  4. Punarbhawa, yaitu keyakinan terhadap kelahiran kembali. dan 
  5. Moksa, yaitu keyakinan akan bersatunya Atman dengan Brahman.

Tri Rna merupakan tiga hutang yang dibawa oleh manusia semenjak ia lahir. 
Tiga hutang itu terdiri dari : 

  1. Dewa Rna, yaitu hutang jiwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat percikan atman beliau kita dapat hidup di dunia.
  2. Pitra Rna, yaitu hutang jiwa kepada orang tua karena telah melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh pengorbanan, sehingga terbentuklah anak yang mulia. dan..
  3. Rsi Rna, yaitu hutang ilmu pengetahuan kepada rsi, guru, dan pendeta, karena berkat bimngannya kita menjadi manusa yang baik.
Tiga bagian dari Tri Rna ini, pada suatu saat akan manusia lunasi melalui jalan/ajaran Panca Yajna.

Panca Straddha menimbulkan keseimbangan antara "kepercayaan" dan "ilmu pengetahuan" sehingga kita dapat mempelajari hal-hal seperti kepercayaan, adat, dan ajaran agama. Sedangkan dari Panca Yajna menimbulkan sistem yang menganut tata cara, tata nilai, dan simbol-simbol religi. 

Agama perlu dipelajari dan pengetahuan harus dilandasi oleh norma-norma agama. Begitu juga arsitektur Bali yang umumnya bercorak Hindu. Pada proses pembuatannya, selalu didasari oleh ajaran-ajaran agama Hindu, yang telah diwariskan sejak dahulu oleh arsitek-arsitek besar dari masa Bali Aga.

Comments

Popular posts from this blog

Tri Hita Karana dalam Budaya Arsitektur di Bali

Biografi Peter Eisenman, Seorang Penulis, Akademisi, dan Tokoh Arsitektur Dekonstruksi

Perkembangan Arsitektur Indonesia Selama IV Windu Merdeka