Perkembangan Arsitektur Indonesia Selama IV Windu Merdeka
Selama berlangsungnya perang dunia ke II, arsitektur di Indonesia, terutama yang berada di kota-kota tidak mengalami kerusakan yang parah. Kerusakan atau kehancuran arsitektur banyak terjadi terutama pada kota-kota di Jepang dan berbagai negara di Eropa. Di Indonesia, "perusakan" arsitektur justru terjadi sekitar seperempat abad kemudian, ketika bangunan-bangunan bergaya kolonial dirombak paksa tampak depannya, untuk mengikuti gaya arsitektur terkini.
Kota-kota besar di Indonesia, dengan perkembangan yang cepat banyak melakukan perombakan terhadap bangunannya. Bangunan-bangunan tersebut terpaksa dirombak atau dipotong bagian depannya untuk pelebaran jalan. Terdapat pula kondisi dimana rumah-rumah dengan letak yang strategis kemudian dialih fungsikan menjadi perkantoran, sehingga dilakukan perombakan tampak atau perombakan secara keseluruhan. Sumintardja (1978:135) dalam bukunya berpendapat bahwa perombakan-perombakan seperti ini kebanyakan melahirkan bentuk-bentuk bangunan yang "dipaksa" atau rasional, daripada bentuk-bentuk yang menarik dengan nilai estetika.
Bangunan-bangunan lama yang terpaksa dikalahkan demi kepentingan lalu lintas adalah hal yang dapat dikatakan umum dalam perkembangan arsitektur kota. Namun, pada negara-negara berkembang yang belum memiliki pola perancangan kota yang kukuh, pengawasan terhadap keindahan arsitekturnya masih belum memadai.
Ketika masa revolusi sedang hangatnya, memang terjadi kehancuran dan kerusakan pada sejumlah gedung-gedung penting. Pembangunannya kembali berlangsung sangat lambat, karena keadaan negara yang sedang dalam masa pancaroba. Di sisi lain, terdapat titik-titik cerah terhadap perkembangan arsitektur pada tahun-tahun peralihan, sekitar tahun 1946-1949. Pada masa itu Republik Indonesia telah mutlak diakui oleh Belanda. Sejak saat itu, hingga 4 Windu setelahnya, perkembangan arsitektur di Indonesia seakan terpusat di Jakarta.
Comments
Post a Comment
Mari bersama-sama membangun blog ini menjadi lebih baik lagi dengan meninggalkan jejak berupa komentar.