Arsitektur Bersejarah, Suatu Seni dan Kebudayaan Dunia yang Berpengaruh

Perumahan gua suku Tasaday di Filipina Selatan.
Sumber : funnyofun.blogspot.com

Jika kita bertanya mengenai awal mula arsitektur, kebanyakan orang akan berkata bahwa arsitektur bermula sebagai tempat bernaung. Itu tidaklah salah, bangunan-bangunan pertama yang telah lahir terdahulu merupakan tempat tinggal, dan orang memerlukan tempat bernaung agar dapat bertahan hidup. Meski begitu, tempat bernaung bukanlah satu-satunya fungsi, bahkan bukanlah fungsi pokok dari arsitektur.

Selamat datang di Suryakanta Arsitektur! Pada tulisan ini kita akan membahas sejarah Arsitektur Dunia, tepatnya mengenai apa yang dimaksud Arsitektur Bersejarah dan bagaimana pandangan terhadap arsitektur pada awalnya. 

Pra-Sejarah

Sejarah Arsitektur sangat erat kaitannya dengan sejarah kesenian lainnya. Beranjak dari hal tersebut, sejarah arsitektur juga merupakan salah satu bagian erat dari sejarah kebudayaan dunia.

Berbicara mengenai kebudayaan, maka kita tidak akan lepas dari unsur manusia. Dan berbicara mengenai sejarah, maka akan merujuk pada keadaan yang telah lampau, sejauh mana para ahli purbakala dapat menyusurinya kembali. Arsitektur pada masa purbanya, merupakan sesuatu yang dibangun oleh manusia dalam usahanya yang masih sederhana itu. Pada waktu itu, arsitektur masih berfungsi sebagai suatu perlindungan terhadap badan ataupun keselamatan jiwanya.

Untuk perlindungan badannya, mereka membangun arsitektur guna melindungi diri dari gangguan-gangguan atau bahaya alam, seperti terik sinar matahari, malam yang dingin, hujan, petir, angin, banjir, bahaya binatang buas, bahkan bahaya sesama manusia (musuh). Bangungan-bangunan tersebut dapat berupa gua, maupun sebuah gubuk yang dibangun di atas tanah, di atas pohon atau air. Bisa juga berupa sebuah tenda di suatu padang pasir, dan sebagainya.

Untuk keselamatan jiwanya, mereka percaya pada kekuatan-kekuatan alam, sehingga dengan pikirannya yang masih primitif itu, mereka measa perlu untuk mencari keselamatan/berlindung dari "kemarahan-kemarahan" alam yang luar biasa itu. Menyikapi hal tersebut, maka mereka mendirikan arsitektur berupa patung, lukisan, dan tempat-tempat pemujaan.

Pada tahap ini, hal-hal tersebut bukan sekedar sebagai hiasan atau keindahan, tetapi sudah mulai memiliki makna-makna mistis.

Rumah tradisional suku Garo di Banglades.
Sumber : bagchiblog.blogspot.com

Dari jaman es, jaman batu, jaman perunggu dan sebagainya, peninggalan-peninggalan diatas memang telah ditemukan. Tapi jika dihubungkan dengan arsitektur bersejarah, peninggalam-peninggalan diatas lebih nampaknya sesuai jika disebut sebagai arsitektur "pra-sejarah".

Arsitektur yang bersejarah, dalam kaitan ini adalah arsitektur yang dalam perkembangannya atau evolusinya berjalan seakan-akan tidak terputus. Ia berlalu dengan meninggalkan pengaruh terhadap arsitektur di jaman berikutnya. Baik di dalam atau di luar tempat kebudayaan itu berkembang.

Peninggalan "pra-sejarah" tiang dan balok Stone-Henge. Sumber : https://www.flickr.com  


Arsitektur Bersejarah

Itulah sebabnya maka penjelasan sejarah arsitektur umumnya selalu dimulai dari arsitektur Mesir purba dan Asia Tengah yang kemudian menurun ke Arsitektur Barat. Memang tak dapat disangkal, kedua kebudayaan purba itu meninggalkan pengaruh terhadap Arsitektur Timur.

Kuil Zeus di Olympia, Yunani Purba.
Sumber : cattytheexplorer.blogspot.com

Arsitektur sebagai hasil karya manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai keadaan, seperti geografis, geologis, dan iklim. Ketiga hal ini berperan penting dalam bagaimana penjelmaan secara fisik wujud arsitekturnya. Sedangkan hal-hal seperti keagamaan dan kemasyarakatan turut serta dalam menentukan taraf peradabannya. Seluruh aspek tersebut saling menjalin membuat sejarah, termasuk didalamnya bagaimana perkembangan segi politik dan ketatanegaraan.

Didalam menilai dan mengerti suatu gaya atau suatu bentuk arsitektur dari jaman lampau, sama halya seperti dalam menilai peninggalan benda-benda kesenian lainnya yang juga memiliki beberapa permasalahan tertentu.
Gereja St. Martin di Jerman, dengan nuansa Romanesque.
Sumber : mengakubackpacker.blogspot.com

Kadang-kadang ia jelas, karena petunjuk-petunjuk yang ditinggalkan cukup banyak, baik secara langsung yang terdapat pada bangunan itu, maupun secara tidak langsung melalui penelaahan di bidang arkeologi atau yang berhubungan dengan sastra, bahasa, antrologi, dan lainnya. Tetapi seiring pula ada peninggalan-peninggalan yang masih kabur keterang-keterangannya, baik maksud dan tujuan bangunan tersebut, maupun tentang siapa pendirinya, kapan pembangunannya, dan sebagainya.

Hal ini disebabkan petunjuk-prtunjuk yang diperlukan itu tidak ada atau tidak lengkap, musnah dimakan waktu, hilang, ataupun memang tidak pernah ada. Sebab itu, dalam penilaian sejarah arsitekturpun tidak mengherankan jika timbul penafsiran yang berbeda-beda. Mungkin saja terdapat rencana yang berlainan dalam memperbaiki suatu puing bangunan kuno. Atau terjadi perselisihan pendapat antara ahli yang satu dengan ahli yang lain, diakibatkan masing-masing memiliki dasar perkiraan dan jalan analisa sendiri-sendiri.

Beranjak dari hal-hal diatas, tidaklah benar bila ada yang mempunyai pandangan bahwa sejarah Arsitektur itu, sesuatu bidang yang kurang menarik untuk ditelusuri.

Sumber :
Kompendium SEJARAH ARSITEKTUR Jilid 1, oleh Djauhari Sumintardja

Comments

Popular posts from this blog

Tri Hita Karana dalam Budaya Arsitektur di Bali

Biografi Peter Eisenman, Seorang Penulis, Akademisi, dan Tokoh Arsitektur Dekonstruksi

Perkembangan Arsitektur Indonesia Selama IV Windu Merdeka